Rabu, 16 Oktober 2013

REPRODUKSI NASKAH

Jenis Paragraf     : Ekspoisisi
Sumber Artikel    : Kompas, Jumat, 4 Oktober 2013

   PERTOLONGAN PERTAMA TEPAT CEGAH KEMATIAN

    Penyakit jantung atau serangan jantung adalah penyebab kematian terbesar di Indonesia. Secara statistik, didunia setiap dua menit sekali ada orang yang mengalami serangan jantung mendadak. Serangan jantung mendadak disebabkan oleh dua hal, yaitu jantung korner (penyumbatan pembuluh jantung) dan gangguan irama listrik jantung (aritmik).

    Sebanyak 93% kematian akibat serangan jantung adalah kematian aritmik. Serangan jantung mendadak mengakibatkan kematian aritmik berlangsung seketika  dan bisa terjadi pada siapa saja, bukan hanya yang pernah di diagnosis penyakit jantung.

    Penyebab kematian terbesar saat ini bukan lagi karena penyakit menular, melainkan penyakit yang tidak menular yang sebetulnya bisa dicegah. Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Rumah Sakit Harapan Kita, Daniel PL Tobing, menyatakan pasien terkena serangan jantung memiliki peluang selamat semakin tinggi jika memperoleh penanganan yang cepat dan tepat.

   Masyarakat kita perlu tahu cara memberikan pertolongan pertama kepada pasien berupa cardiopulmonary resuscitation (CPR). CPR merupakan pertolongan pertama bagi pasien terkena serangan jantung mendadak yang menyebabkan jantung dan napas berhenti serta tidak sadarkan diri. Tiga langkahnya meliputi compression (kompresi), airway (jalan napas), dan breathing (pemberian napas).

   Sebelum memberikan pertolongan pertama, usahakan untuk mencari bantuan satu orang lagi, kemudin meminta bantuan medis secepatnya melalui telepon 118. Kompresi dada dilakukan jika nadi tidak teraba pada arteri karotis didada. Pasien dibaringkan ditempat datar dan keras. Frekuensi kompresi harus cukup cepat yaitu dalam skala 100 kali permenit. Kompresi dilakukan 30 kali, kemudian dilakukan pembukaan jalan napas dengan menengadahkan  dagu dan memberikan napas selama satu detik.

   Pemberian napas bantuan bisa dilakukan dengan metode mulut ke mulut, mulut ke hidung, dan mulut dengan kantong pernapasan. Lakukan tiupan dengan memperhatikan pergerakan dinding dada pasien.

   Pertolongan harus dilanjutkan dengan pertolongan medis. Yang paling lazim adalah kateterisasi atau pemasangan cincin untuk membuka dan memperlancar aliran darah dipembuluh jantung. Sebaiknya ini dilakukan dalam waktu kurang dari 12 jam sejak serangan. Tindakan medis dalam satu jam sejak serangan memberikan peluang keselamatan 85%, dalam dua jam memberikan 60% peluang keselamatan, hingga  empat jam memberikan 20% peluang keselamatan, dan setelah enam jam peluang keselamatan 12%.

   Rendahnya pengetahuan dalam memberikan pertolongan pertama dan kelemahan infrastruktur transportasi sehingga terjadi kemacetan bisa menjadi alasan utama keterlambatan penanganan. Upayanya adalah dengan menyediakan ECG (elektrokardiogram) di ambulans. Selama perjalanan menuju rumah sakit, data ECG ditransfer dengan satelit untuk dianalisis di rumah sakit. Data ECG merupakan rekaman aktivitas listrik otot jantung yang digunakan untuk menentukan kondisi jantung pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar